MENDAKI SENJA CAHAYA
Cahaya kemuning di garis wajahku
Mendaki senja menua jadi malam di sini
Di lereng bukit kecil yang kutanami oliander
Dan bau nafas masa lalu di pucuk bunga itu
Tak kubari lagi kamu ketika aku selalu menoleh ke jendela
Melihat angin yang mengibar daundaun pasa kecil
Seperti anak rambur di dahimu yang bergetar
Ketika kuciumi kau di ujung senja basah oleh hujan dan airmata
Selasa, 01 Maret 2011
Sabtu, 12 Februari 2011
Kamis, 10 Februari 2011
KUMPULAN PUISI: AKU LAUT AKU OMBAK
Puisi Sejarah Nusa Utara
Iverdixon Tinungki
Aku Laut, Aku Ombak *)
taufan selat Basilan
mengantar mahkota enam kerajaan
bersusun tujuh abad
berbunga sastra ombak
sajaksajak hutan air, bau manuru
rambut perempuan di pangkal pedang
lunas perahu ditebang laut penuh
Senin, 07 Februari 2011
SAJAK-SAJAK PERI CAHAYA--SASTRA CINTA
TELUK DAGHO
berapa puteri yang mandi di sini
hingga lembah dan gunung berlapis menyimpan wangi
bakao air payou
kerikil cakang siput
mensajakkan cahaya
hingga teluk sewarna perak
dalam kitab kemaharayaan
kedatuan Manganitu
berapa puteri yang mandi di sini
hingga lembah dan gunung berlapis menyimpan wangi
bakao air payou
kerikil cakang siput
mensajakkan cahaya
hingga teluk sewarna perak
dalam kitab kemaharayaan
kedatuan Manganitu
Minggu, 06 Februari 2011
KEPAS (Novel: SASTRA CINTA)
(iverdixon tinungki)
Tahun 1995
“Upung-upung Baroa”
berekorekor Baroa meniti tanjung
impikan benua di balik samudera
meneduhkan saga di atas ombak
melukis rupa lelaki
telanjang gila
Kepas tanpa kafan
kelaparan di padang kematian :
“Carilah kebenaran dengan lentera
Di siang
Di tengah terik
Di omongkosong
Hingga dari tumpukan itu
Kau dengar suaraNya
Suara Dia
Lelaki yang sengsara”
(1)
Siapa dia? Lelaki yang muncul pada setiap detakan nadi dengan kekuatan gaib manusia pulau di tengah hutan air itu. Ia yang senantiasa menyelusup hingga ke mimpi dan igau. Lalu menyedot keinginanku menemuinya.
SOME DAY
SOME DAY
(waktu itu selalu ada untuk kita)
ma…aku mengejarmu seperti kerinduan kanakkanak mendekap impiannya
berlari sekencangnya mengikuti tapak di depannya sebelum senja tiba
pasir yang tempias di atas jejak yang baru tercipta menegaskan ia ingin ke sana
dan waktu mengekalkanya seakan surga di depan sana menengadahkan tangannya dengan sayangnya yang takjub buat hati merindu cinta itu
ma …bila saatnya lonceng mendenting seperti musim pengantin
gaun putih yang dihela angin lalu airmata yang merinai di hatimu
aku ingin mengecupmu kekasihku di bawah langit muram itu
biar cinta ini bersinar bukan hanya untuk dunia juga buat surga tertegun
bagi dua anaknya yang terbang bersama sayapsayap arus yang kuat
membawa bau samudera dan nyanyian hati yang berkesiuran
di buihbuih putih haru yang memecah di mana langit berkaca
(waktu itu selalu ada untuk kita)
ma…aku mengejarmu seperti kerinduan kanakkanak mendekap impiannya
berlari sekencangnya mengikuti tapak di depannya sebelum senja tiba
pasir yang tempias di atas jejak yang baru tercipta menegaskan ia ingin ke sana
dan waktu mengekalkanya seakan surga di depan sana menengadahkan tangannya dengan sayangnya yang takjub buat hati merindu cinta itu
ma …bila saatnya lonceng mendenting seperti musim pengantin
gaun putih yang dihela angin lalu airmata yang merinai di hatimu
aku ingin mengecupmu kekasihku di bawah langit muram itu
biar cinta ini bersinar bukan hanya untuk dunia juga buat surga tertegun
bagi dua anaknya yang terbang bersama sayapsayap arus yang kuat
membawa bau samudera dan nyanyian hati yang berkesiuran
di buihbuih putih haru yang memecah di mana langit berkaca
Jumat, 04 Februari 2011
Penyair Sang Cinta
Telah kurekatkan tanah retak itu
buat jalanan kata sampai pada cinta, pesan hujan
kepada penyair yang gelisah merangkai rindunya
di sejumlah huruf dalam imajinya
Telah kupendarkan cahaya di lorong itu
buat syair bertemu salam hangatnya pada cinta, pesan bulan
kepada buat penyair yang teriris nestapa
berterbangan di atas kuburan kenangannya
Telah kuwangikan segala impian itu
buat kekalkan baris-baris sajak asmara, pesan bunga
kepada penyair yang tercekat sepi
dipermainkan beku malam teramat suram
Terima kasih atas cinta
meski adanya senantiasa di balik air mata, balas penyair
kepada hujan, bulan dan bunga yang gelisah teriris sepi
dalam masing-masing keindahannya tanpa kata
buat jalanan kata sampai pada cinta, pesan hujan
kepada penyair yang gelisah merangkai rindunya
di sejumlah huruf dalam imajinya
Telah kupendarkan cahaya di lorong itu
buat syair bertemu salam hangatnya pada cinta, pesan bulan
kepada buat penyair yang teriris nestapa
berterbangan di atas kuburan kenangannya
Telah kuwangikan segala impian itu
buat kekalkan baris-baris sajak asmara, pesan bunga
kepada penyair yang tercekat sepi
dipermainkan beku malam teramat suram
Terima kasih atas cinta
meski adanya senantiasa di balik air mata, balas penyair
kepada hujan, bulan dan bunga yang gelisah teriris sepi
dalam masing-masing keindahannya tanpa kata
Langganan:
Postingan (Atom)